Surabaya Carnival, salah satu pasar malam yang berlokasi di Surabaya Selatan dan berbatasan langsung dengan kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur telah dibuka pada hari senin 28 Juli 2014. Pasar malam yang beralamatkan Jl. Ahmad Yani no. 333 ini menyediakan berbagai wahana menarik seperti Komidi Putar, Tornado, Rumah hantu ala bajak laut, Go Kart, Pertunjukan 4 Dimensi dan juga Ferris Wheel atau Bianglala.
Pada awalnya, keinginan untuk berkunjung ke Surabaya Carnival pada hari pertama pembukaan telah pupus oleh asumsi bahwa hari pertama akan sangat ramai pengunjung. Selain itu alasan lain adalah karena malam pembukaan Surabaya Carnival bertepatan dengan perayaan Idul Fitri maka tentunya banyak orang yang ingin menghabiskan waktu liburan dengan mencoba wahana baru ini. Keputusan tersebut diperkuat oleh fakta bahwa rumah warga disekitar Surabaya Carnival digunakan untuk parkiran para pengunjung karena begitu banyak orang yang ingin datang menyaksikan taman hiburan malam tersebut. Meski begitu, salah seorang teman bersikukuh ingin melihat taman hiburan tersebut, dan kami bertiga pun berangkat dari kost kami yang letaknya beberapa ratus meter dari Surabaya Carnival.
Kami tiba di taman hiburan malam sekitar pukul 21:30 WIB dan langsung menyaksikan betapa ramainya pengunjung. Setelah membeli tiket seharga Rp. 20.000,- kami pun langsung masuk ke taman hiburan penuh lampu neon tersebut. Kesan pertama adalah Surabaya Carnival merupakan taman hiburan yang sejuk (tentu saja karena kondisinya yang outdoor. Kami kemudian sedikit kesulitan menemukan Ferris Wheel atau Bianglala karena jalur pengunjung yang cukup berkelok-kelok. Ketika akhirnya tiba di depan Bianglala, kami menemukan fakta bahwa antrian tersebut cukup panjang (sekitar 10 meter) dengan kualitas antrian yang semrawut dan penuh desak-desakan.
Dengan tekad ingin mencoba Bianglala ala Surabaya Carnival, kami pun mengantri (dan menyadari bahwa kami belum membeli tiket Bianglala). Salah satu diantara kami pun keluar sebentara untuk membeli tiga tiket seharga Rp.10.000,-. Di tengah antrian, kami mulai berdesakan-desakan dengan sesama peminat Bianglala. Antrian yang terjadi membuat pagar penghalang nyaris roboh (bayangkan, nyaris roboh!). Untungnya hal itu tidak terjadi. Setelah 45 menit mengantri kami pun berhasil menaiki Bianglala. Kami bertiga kemudian naik. Awalnya perjalanan menuju puncak dipenuhi teriakan histeris kedua teman saya (keduanya tidak mau disebutkan namanya) yang adalah cewek, menjadi histeris karena bilik tempat kami duduk terus bergoyang-goyang. Salah satu mengaku berteriak karena sangat excited.
Begitu kami telah mencapai satu putaran penuh, kami mulai dapat menikmati Bianglala, bahkan menatap takjub ke lantai transparan di bawah kaki kami. Kami juga membuat vlog selfie dengan pencahayaan kurang dan berusaha menikmati pemandangan Surabaya selatan dari atas roda Ferris ini. Meskipun singkat, sekitar 10 - 15 menit saja, tetapi perjalanan di atas Bianglala Surabaya Carnival cukup menyenangkan. Penuh dengan teriakan yang membantu melepas stres sebelum kembali beraktivitas di dunia perkuliahan dua minggu lagi.
Selepas Bianglala, kami mengelilingi Surabaya Carnival dan menemukan banyak kios yang belum dibuka. Beberapa kios bahkan sedang dikerjakan oleh pekerja interior dan tukang kayu sementara taman hiburan berjalan. Kekurangan lain dari Surabaya Carnival adalah tidak adanya tempat sampah dapat menampung sampah di titik-titik yang menjual jajanan. Alhasil sampah bungkus dan wadah makanan bertebaran dimana-mana. Tak hanya itu, Surabay Carnival yang lantai di-paving sangat berdebu.
Setelah pukul 23.00 WIB, kami bertiga pun memutuskan untuk pulang. Meskipun capek berjalan, kami mendapatkan pengalaman unik karena harus antri lebih dari setengah jam untuk naik Bianglala. Harapan kami semoga Surabaya Carnival bisa lebih disempurnakan lagi. Sehingga kami bisa terus mengunjungi taman hiburan tersebut dan menikmati pemandangan dari atas Bianglala, meskipun harus berdesak-desakan lagi untuk antri.