PEOPLE CAN BE VERY SMART, BUT AS LONG AS HE DID NOT WRITE, HE WILL BE NO ONE IN HISTORY....

Tuesday, July 29, 2014

Surabaya Carnival - Cerita Para Pejuang Bianglala


Surabaya Carnival, salah satu pasar malam yang berlokasi di Surabaya Selatan dan berbatasan langsung dengan kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur telah dibuka pada hari senin 28 Juli 2014. Pasar malam yang beralamatkan Jl. Ahmad Yani no. 333 ini menyediakan berbagai wahana menarik seperti Komidi Putar, Tornado, Rumah hantu ala bajak laut, Go Kart, Pertunjukan 4 Dimensi dan juga Ferris Wheel atau Bianglala.

Pada awalnya, keinginan untuk berkunjung ke Surabaya Carnival pada hari pertama pembukaan telah pupus oleh asumsi bahwa hari pertama akan sangat ramai pengunjung. Selain itu alasan lain adalah karena malam pembukaan Surabaya Carnival bertepatan dengan perayaan Idul Fitri maka tentunya banyak orang yang ingin menghabiskan waktu liburan dengan mencoba wahana baru ini. Keputusan tersebut diperkuat oleh fakta bahwa rumah warga disekitar Surabaya Carnival digunakan untuk parkiran para pengunjung karena begitu banyak orang yang ingin datang menyaksikan taman hiburan malam tersebut. Meski begitu, salah seorang teman bersikukuh ingin melihat taman hiburan tersebut, dan kami bertiga pun berangkat dari kost kami yang letaknya beberapa ratus meter dari Surabaya Carnival. 

Kami tiba di taman hiburan malam sekitar pukul 21:30 WIB dan langsung menyaksikan betapa ramainya pengunjung. Setelah membeli tiket seharga Rp. 20.000,- kami pun langsung masuk ke taman hiburan penuh lampu neon tersebut. Kesan pertama adalah Surabaya Carnival merupakan taman hiburan yang sejuk (tentu saja karena kondisinya yang outdoor. Kami kemudian sedikit kesulitan menemukan Ferris Wheel atau Bianglala karena jalur pengunjung yang cukup berkelok-kelok. Ketika akhirnya tiba di depan Bianglala, kami menemukan fakta bahwa antrian tersebut cukup panjang (sekitar 10 meter) dengan kualitas antrian yang semrawut dan penuh desak-desakan. 

Dengan tekad ingin mencoba Bianglala ala Surabaya Carnival, kami pun mengantri (dan menyadari bahwa kami belum membeli tiket Bianglala). Salah satu diantara kami pun keluar sebentara untuk membeli tiga tiket seharga Rp.10.000,-. Di tengah antrian, kami mulai berdesakan-desakan dengan sesama peminat Bianglala. Antrian yang terjadi membuat pagar penghalang nyaris roboh (bayangkan, nyaris roboh!). Untungnya hal itu tidak terjadi. Setelah 45 menit mengantri kami pun berhasil menaiki Bianglala. Kami bertiga kemudian naik. Awalnya perjalanan menuju puncak dipenuhi teriakan histeris kedua teman saya (keduanya tidak mau disebutkan namanya) yang adalah cewek, menjadi histeris karena bilik tempat kami duduk terus bergoyang-goyang. Salah satu mengaku berteriak karena sangat excited.

Begitu kami telah mencapai satu putaran penuh, kami mulai dapat menikmati Bianglala, bahkan menatap takjub ke lantai transparan di bawah kaki kami. Kami juga membuat vlog selfie dengan pencahayaan kurang dan berusaha menikmati pemandangan Surabaya selatan dari atas roda Ferris ini. Meskipun singkat, sekitar 10 - 15 menit saja, tetapi perjalanan di atas Bianglala Surabaya Carnival cukup menyenangkan. Penuh dengan teriakan yang membantu melepas stres sebelum kembali beraktivitas di dunia perkuliahan dua minggu lagi.

Selepas Bianglala, kami mengelilingi Surabaya Carnival dan menemukan banyak kios yang belum dibuka. Beberapa kios bahkan sedang dikerjakan oleh pekerja interior dan tukang kayu  sementara taman hiburan berjalan. Kekurangan lain dari Surabaya Carnival adalah tidak adanya tempat sampah dapat menampung sampah di titik-titik yang menjual jajanan. Alhasil sampah bungkus dan wadah makanan bertebaran dimana-mana. Tak hanya itu, Surabay Carnival yang lantai di-paving sangat berdebu.

Setelah pukul 23.00 WIB, kami bertiga pun memutuskan untuk pulang. Meskipun capek berjalan, kami mendapatkan pengalaman unik karena harus antri lebih dari setengah jam untuk naik Bianglala. Harapan kami semoga Surabaya Carnival bisa lebih disempurnakan lagi. Sehingga kami bisa terus mengunjungi taman hiburan tersebut dan menikmati pemandangan dari atas Bianglala, meskipun harus berdesak-desakan lagi untuk antri.

Friday, June 13, 2014

Jalan Kemana ? Jalan Saja Terus !

Kalau dipikir-pikir, kita cenderung berhenti di satu titik untuk merenung terlalu lama akan sebuah galau factor dalam hidup kita. Gak ada salahnya juga sih merenung, tapi waktu takan menunggu kita.






Jadi jangan lama-lama ya merenungnya. Kalaupun bingung mau jalan kemana? setidaknya kita masih punya satu jalan, jalan saja terus !

Setelah Seribu Kali

Ingat-ingat khotbah pendeta Ariel di gereja dua minggu yang lalu tentang kesulitan dalam hidup.
Semakin direnungkan, semakin menghelak napas saja aku. Jujur saja deh, ada gak sih yang senang menghadapi hardship dalam kehidupan?

Dulu, aku seringkali ragu dengan apa yang dibilang orang-orang bahwa hantaman keseribu biasanya tidak akan terasa sakit seperti hantaman pertama. Mungkin karena aku belum pernah berada di hantaman keseribu itu. Sekarang, di salah satu aspek dalam hidup, aku telah mencapai hantaman keseribu itu. Anehnya hantaman itu tidak terasa sakit.

Aku tidak bohong!
Bahkan untuk orang sanguine seperti penulis artikel ini, menghadapi sesuatu yang seperti itu dengan kalimat "oh, ok..." adalah kejanggalan yang sangat jelas. Mungkin hantaman sebelumnya memang sakit tapi hantaman itu bukan tanpa efek samping positif. Mungkin hantaman itu sengaja ada agar ketika yang keseribu datang (dan pastinya akan datang, bahkan mungkin yang kedua ribu nanti), aku tidak akan sibuk meratap dan terdistraksi dengan fokusku saat ini (oh, yeah!)

Hantaman dari yang pertama hingga keseribu memang menyakitkan, tapi itu menghasilkan sesuatu men!

Menghasilkan rasa kebas dan ketahanan yang luar biasa bukan?

So, kesulitan yang dialami bukan tanpa alasan dan bukan tanpa tujuan.

Ingat, Calm Seas Never Produce A Great Captain!

Jalan Kemana?
Jalan Saja Terus!

Giovanno Regrasio

Monday, June 9, 2014

KISAHKAN CERITA

ini adalah cerita
cerita panjang dengan jeda,
entah satu atau setengah.
setiap kisah merangkai manis
meski juga terpatri yang pahit

setiap harta kita hargai
setiap badai kita lompati
setiap dingin kita hempas
dan kala panas kita mengipas

tersurat tertulis, tersirat firasat
ada yang datang dan tinggal tetap
tapi dia yang pergi kadang tak kembali

dari cerita kita menguat
dari cerita kita tak elakan rapuh
lewat cerita, indra menyantap
seperti yang DIA inginkan kita belajar

kalau terbuai, kita sering
disarut emosi pun kita tak mangkir
ingin mengingat meski melupa
berdera pergi arus memori

ini tertuai dan tak terhapus
jalan kemana?
jalan saja terus


Saturday, May 3, 2014

Berserah

Berserah.

Di sebuah persimpangan, pilihan haruslah dibuat.
Di sebuah persimpangan, miliaran jalan membentang.
Mencoba satu per satu pun tak mungkin.
Karena pada akhirnya hanya ada satu yang dilewati.

Berserah.

Tawa, kenangan, perpisahan, semuanya ditaruhkan disana.
Ketika keinginan tak berkuasa.
Meninggalkan pengorbanan sebagai kata yang tak terelakan.
Karena pada akhirnya semua telah ditentukan.

Berserah.

Semua yang telah datang dan harus pergi.
Takan pernah bisa diatur oleh anak manusia.
Sampai akhirnya SATU persimpangan dijalani dengan satu kata.

Berserah.

Live Update! semoga berkenan

Sedikit narsis,

masih merasa hidup ini kejam untuk seorang Giovanno Septwenvi Regrasio Marwildo Pattiasina. gimana gak? kena lovestruck all over again tiap kali liat si baju kuning 2 setengah tahun yang lalu. haha. TRAGIS!

sudah mulai punya pekerjaan sebagai freelance di sebuah program TV lokal. Juga jadi asisten dosen nih (bagiin ilmunya udah mulai terstruktur ke adek-adek).

masih belum ketemu publisher untuk si Willbur :(

sudah punya laptop baru, yang lama rusak kena lovestruck juga kayaknya.

sudah BELAJAR membangun relasi, kontrol diri, menyelesaikan masalah, prioritas, MAGANG yang ternyata gak menyeramkan kok, bikin film (judulnya From What We Give btw!).

sudah bisa ngasi perpuluhan dari hasil kerja sendiri (praise only for Him)

masih jadi anak bungsu (secara natur dan sikap, oh yeaaah)

sudah ganti hp, gara-gara hp lama ketinggalan di antar jemput

sudah bisa produksi program TV sendiri!!! dan "layak tayang" katanya dosen yang penilaiannya jelas top markotop (y)

sudah sadar bahwa menulis itu berlatih, oleh sebab itu kembali mengaktifkan blog ini.

semoga berkenan!

Kembali Lagi Disini, Kali Ini Membawa Rumput Yang Siap Dipotong

Setelah melewati masa kelam semester empat dan lima, disinilah saya, kembali di dinihari. Duduk di depan laptop sambil merangkai kata yang seolah tak pernah habis diproduksi di dalam sini. Sekarang di usia 21 tahun yang BIASA-BIASA SAJA, saya memutuskan membersihkan kembali isi blog ini dan mulai menulis. Terutama sejak ada sesuatu yang malam hari ini sedang penuh-penuhnya di kepala. Sebuah prosa singkat tentang "pembiaran", ya mungkin itu namanya, ini dia :

POTONG SAJA RUMPUTNYA

Satu demi satu mereka bermunculan,
Diantara tanaman indah yang siap untuk berbunga dan bertunas.
Terik mentari seakan tak berkutik melihat kebaikannya menumbuhkan mereka.

Mungkin kita tak peduli, atau pura-pura tak tahu.
Mungkin kita memupuk tapi mencuci setelah itu.
Mungkin kita geram namun tak bertangan.
Mungkin kita takut, dan lalu berjalan mundur.

Kita ambil guntingnya
Kita siapkan karungnya
Kita katakan potong saja rumputnya
Kita bakar dan diamkan abunya
Berharap yang demikian akan menyuburkan tanaman indah

Tapi mereka tak mati, mereka masih ada disana.
Semakin kuat di setiap guntingan.
Memunculkan yang lain dan memupuk sesamanya.

Mungkin kita takut
Merusak tanah, mengancam pijakan.
Mungkin kita takingin tanaman indah rusak
Mungkin kita lupa,
Mungkin kita geram
Namun tak bertangan dan terus memotong rumput.
Biarkan AKAR, tanpa dicabut, tanpa diurus.