PEOPLE CAN BE VERY SMART, BUT AS LONG AS HE DID NOT WRITE, HE WILL BE NO ONE IN HISTORY....

Saturday, May 3, 2014

Berserah

Berserah.

Di sebuah persimpangan, pilihan haruslah dibuat.
Di sebuah persimpangan, miliaran jalan membentang.
Mencoba satu per satu pun tak mungkin.
Karena pada akhirnya hanya ada satu yang dilewati.

Berserah.

Tawa, kenangan, perpisahan, semuanya ditaruhkan disana.
Ketika keinginan tak berkuasa.
Meninggalkan pengorbanan sebagai kata yang tak terelakan.
Karena pada akhirnya semua telah ditentukan.

Berserah.

Semua yang telah datang dan harus pergi.
Takan pernah bisa diatur oleh anak manusia.
Sampai akhirnya SATU persimpangan dijalani dengan satu kata.

Berserah.

Live Update! semoga berkenan

Sedikit narsis,

masih merasa hidup ini kejam untuk seorang Giovanno Septwenvi Regrasio Marwildo Pattiasina. gimana gak? kena lovestruck all over again tiap kali liat si baju kuning 2 setengah tahun yang lalu. haha. TRAGIS!

sudah mulai punya pekerjaan sebagai freelance di sebuah program TV lokal. Juga jadi asisten dosen nih (bagiin ilmunya udah mulai terstruktur ke adek-adek).

masih belum ketemu publisher untuk si Willbur :(

sudah punya laptop baru, yang lama rusak kena lovestruck juga kayaknya.

sudah BELAJAR membangun relasi, kontrol diri, menyelesaikan masalah, prioritas, MAGANG yang ternyata gak menyeramkan kok, bikin film (judulnya From What We Give btw!).

sudah bisa ngasi perpuluhan dari hasil kerja sendiri (praise only for Him)

masih jadi anak bungsu (secara natur dan sikap, oh yeaaah)

sudah ganti hp, gara-gara hp lama ketinggalan di antar jemput

sudah bisa produksi program TV sendiri!!! dan "layak tayang" katanya dosen yang penilaiannya jelas top markotop (y)

sudah sadar bahwa menulis itu berlatih, oleh sebab itu kembali mengaktifkan blog ini.

semoga berkenan!

Kembali Lagi Disini, Kali Ini Membawa Rumput Yang Siap Dipotong

Setelah melewati masa kelam semester empat dan lima, disinilah saya, kembali di dinihari. Duduk di depan laptop sambil merangkai kata yang seolah tak pernah habis diproduksi di dalam sini. Sekarang di usia 21 tahun yang BIASA-BIASA SAJA, saya memutuskan membersihkan kembali isi blog ini dan mulai menulis. Terutama sejak ada sesuatu yang malam hari ini sedang penuh-penuhnya di kepala. Sebuah prosa singkat tentang "pembiaran", ya mungkin itu namanya, ini dia :

POTONG SAJA RUMPUTNYA

Satu demi satu mereka bermunculan,
Diantara tanaman indah yang siap untuk berbunga dan bertunas.
Terik mentari seakan tak berkutik melihat kebaikannya menumbuhkan mereka.

Mungkin kita tak peduli, atau pura-pura tak tahu.
Mungkin kita memupuk tapi mencuci setelah itu.
Mungkin kita geram namun tak bertangan.
Mungkin kita takut, dan lalu berjalan mundur.

Kita ambil guntingnya
Kita siapkan karungnya
Kita katakan potong saja rumputnya
Kita bakar dan diamkan abunya
Berharap yang demikian akan menyuburkan tanaman indah

Tapi mereka tak mati, mereka masih ada disana.
Semakin kuat di setiap guntingan.
Memunculkan yang lain dan memupuk sesamanya.

Mungkin kita takut
Merusak tanah, mengancam pijakan.
Mungkin kita takingin tanaman indah rusak
Mungkin kita lupa,
Mungkin kita geram
Namun tak bertangan dan terus memotong rumput.
Biarkan AKAR, tanpa dicabut, tanpa diurus.