Setelah melewati masa kelam semester empat dan lima, disinilah saya, kembali di dinihari. Duduk di depan laptop sambil merangkai kata yang seolah tak pernah habis diproduksi di dalam sini. Sekarang di usia 21 tahun yang BIASA-BIASA SAJA, saya memutuskan membersihkan kembali isi blog ini dan mulai menulis. Terutama sejak ada sesuatu yang malam hari ini sedang penuh-penuhnya di kepala. Sebuah prosa singkat tentang "pembiaran", ya mungkin itu namanya, ini dia :
POTONG SAJA RUMPUTNYA
Satu demi satu mereka bermunculan,
Diantara tanaman indah yang siap untuk berbunga dan bertunas.
Terik mentari seakan tak berkutik melihat kebaikannya menumbuhkan mereka.
Mungkin kita tak peduli, atau pura-pura tak tahu.
Mungkin kita memupuk tapi mencuci setelah itu.
Mungkin kita geram namun tak bertangan.
Mungkin kita takut, dan lalu berjalan mundur.
Kita ambil guntingnya
Kita siapkan karungnya
Kita katakan potong saja rumputnya
Kita bakar dan diamkan abunya
Berharap yang demikian akan menyuburkan tanaman indah
Tapi mereka tak mati, mereka masih ada disana.
Semakin kuat di setiap guntingan.
Memunculkan yang lain dan memupuk sesamanya.
Mungkin kita takut
Merusak tanah, mengancam pijakan.
Mungkin kita takingin tanaman indah rusak
Mungkin kita lupa,
Mungkin kita geram
Namun tak bertangan dan terus memotong rumput.
Biarkan AKAR, tanpa dicabut, tanpa diurus.