Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda-beda tapi tetap satu....
Integrasi adalah keaadaan dimana masyarakat bersatu dengan
kecenderungan saling terikat satu sama lain. Integrasi masyarakat biasanya terjadi
karena ada faktor persamaan diantara unsur-unsur masyarakat. Di Indonesia,
masalah Integrasi merupakan sebuah masalah yang seringkali dikumandangkan
dimana banyak daerah yang menuntut disintegrasi secara politik dari Republik
Indonesia. Sebut saja Gerakan Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan dan
Gerakan Aceh Merdeka. Gerakan-gerakan tersebut merupakan contoh ekstrim dari
ketiadaan integrasi diantara sesama bangsa Indonesia.
Selain itu, masalah Integrasi lain yang terlihat dalam skala
kecil adalah bahwa tidak semua suku maupun etnis bisa terasimilasi satu sama
lain. Hal ini terlihat dari sedikitnya perkawinan campuran antara etnis,
misalnya saja etnis tionghoa dan orang jawa. Hal ini karena ada nilai-nilai khas
yang dijunjung oleh suku atau etnis tertentu yang menciptakan sekat antara
unsur-unsur yang demikian di negara ini. Stereotip dan generalisasi juga muncul
sebagai akibat interaksi yang salah antar suku maupun etnis.
Disintegrasi yang seperti ini tentunya merupakan hal yang
menjadi ancaman terhadap kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia dan
tentu saja bertentangan dengan Bhinneka
Tunggal Ika. Untuk itu kita perlu belajar membangun integrasi bangsa. Salah
satu cara untuk membentuk integrasi adalah dengan melihat keberadaan pihak di
luar masyarakat yang hendak diintegrasikan.
Sebagai contoh, sikap masyarakat Indonesia yang sama-sama
mendukung Timnas merah putih ketika tim sepakbola tersebut bertanding melawan
tim negara lain, adalah bentuk dari integrasi yang tercipta karena ada pihak luar
yang berada di luar Indonesia yang dianggap sebagai pihak lawan.
Sejarah mencatat pidato ‘Ganyang Malaysia’ yang dituturkan
oleh Presiden Soekarno juga menciptakan Integrasi nasional dimana seluruh
lapisan masyarakat bersikap satu suara untuk melawan Malaysia. Meskipun tidak
disarankan agar membangun integrasi dengan berperang tetapi konsep seperti ini
dapat diterapkan dengan cara yang lebih diplomatis. Misalnya saja membangun
integrasi terkait kecintaan terhadap pariwisata bangsa. Indonesia mempunyai banyak
objek pariwisata yang eksotis dan mampu mengundang wisatawan asing. Dengan
menonjolkan pariwisata seluruh Indonesia dengan lebih baik lagi, sebagai sesama
tuan rumah, kita akan lebih terintegrasi apabila nantinya pariwisata tanah air
telah mencapai tingkatan yang maju.
Selain pariwisata, perfilman indonesia juga dapat membangun
integrasi. Kesuksesan film The Raid beberapa
minggu lalu yang mencapai sukses di pasar internasional telah membuka peluang
bagi anak-anak bangsa untuk berkarya lebih lagi di bidang perfilman. Jika
sesama bangsa indonesia mau memberi kontribusi lebih terhadap karya-karya yang
seperti ini, bukan tidak mungkin negara
kita mempunyai sesuatu untuk ditunjukan kepada dunia. Sekali lagi, jika hal itu
terjadi, integrasi bangsa kita akan semakin erat.
Yang menjadi penghalang dan alasan tidak terciptanya
integrasi hanyalah satu hal, yaitu perbedaan. Perbedaan yang muncul dan beragam
dari segi kuantitas memang dapat ditemukan di Indonesia. Perbedaan tersebut
hanya bisa disikapi secara positif apabila setiap orang dengan pemikiran yang
terbuka mau menerima orang lain dengan agama, budaya, ras, maupun segala
sesuatu yang ia bawa dalam latar belakangnya.
Sebagai seseorang yang merantau karena alasan akademik, saya
pribadi belajar tentang bagaimana mengolah perbedaan menjadi sesuatu yang
positif dan tidak menjadikan itu sebagai kacamata negatif dalam menilai orang
lain.
Kita tentu paham betul bahwa setiap manusia adalah makhluk
sosial. Di sisi lain kita juga harus memahami bahwa setiap orang (bahkan
saudara kembar sekalipun) dapat memiliki perbedaan kepribadian yang signifikan.
Dengan merujuk pada hal itu, kita harus sadar bahwa mustahil jika kita
menginginkan keseragaman yang utuh dalam masyarakat.
Kita hidup dalam masyarakat yang unsur-unsurnya berbeda satu
sama lain. Untuk itu kita perlu menerima perbedaan orang lain dan menciptakan
harmoni diantara pembeda-pembeda tersebut. Dengan memahami dan melakukan hal
itu, percayalah bahwa suatu saat, bangsa Indonesia akan terintegrasi dan Bhineka Tunggal Ika benar-benar hidup di
pangkuan ibu pertiwi.