Friends with Benefits, tepat seperti judul film yang dibintangi Mila Kunis dan Justin Timberlake. Bagi saya pribadi, jika hanya berteman karena keuntungan semata maka kemungkinan pertemanan akan menciptakan ikatan mental diantara teman. Well, ikatan yang merujuk pada balas budi memang sering terjadi (yah, saya sendiri menyaksikan contohnya, dan hampir tergigit oleh salah satu pihak. Tergigit) tapi itu menandakan kesenjangan antara pribadi. Kesenjangan yag vertikal menurutku.
Teoriku, Friends with Benefits akan berakhir apabila tak ada lagi yang diberikan satu pihak kepada pihak lainnya. Memang tidak ada salahnya jika memiliki hubungan mutual yang dapat memberi dampak tapi ke-mutual-ismean itu seharusnya dijadikan sebagai dasar hubungan pertemanan, bukan sebagai sarana memanfaatkan (percaya atau tidak, hal itu memang terjadi dan saya menyaksikannya beberapa kali).
Pertemanan sebaiknya dibentuk berdasarkan persamaan. Disini persamaan memiliki dua arti.
Pertama bahwa dalam pertemanan, tak ada satu yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Salah satu bisa lebih pandai, kaya, cantik/tampan tetapi pada dasarnya semua setara.
Kedua bahwa dalam pertemanan didasarkan pada satu tujuan dan cara yang tidak jauh berbeda (misalnya kesuksesan berprestasi dengan rajin belajar) sehingga satu sama lain dapat saling mendukung. Jika tujuan yang dimiliki berbeda (misalnya yang satu ingin sukses berprestasi dengan belajar tetapi yang lain hanya ingin bersenang-senang kemudian mencontek untuk mencapai tujuannya). Situasi yang terakhir dipaparkan tentu takan memberi keuntungan pada pihak yang pertama, sebab dia akan diperas dan bisa saja terpengaruh (mungkin dengan ditanyai saat ulangan dan sebagainya).
Menurut saya, kita sebaiknya menciptakan iklim pertemanan dimana kita bisa saling membangun satu sama lain dan tidak menggunakan teman kita sebagai sarana "pijakan".
Terlepas dari itu, pilihan kembali ke setiap orang. Bagaimana kita ingin berteman dan membangun pertemanan semuanya tergantung pada diri kita hanya saja kita harus mempertimbangkan kebaikan yang ada di dalam setiap wujud pertemanan kita.
Thats all, thank you for reading this..
Teoriku, Friends with Benefits akan berakhir apabila tak ada lagi yang diberikan satu pihak kepada pihak lainnya. Memang tidak ada salahnya jika memiliki hubungan mutual yang dapat memberi dampak tapi ke-mutual-ismean itu seharusnya dijadikan sebagai dasar hubungan pertemanan, bukan sebagai sarana memanfaatkan (percaya atau tidak, hal itu memang terjadi dan saya menyaksikannya beberapa kali).
Pertemanan sebaiknya dibentuk berdasarkan persamaan. Disini persamaan memiliki dua arti.
Pertama bahwa dalam pertemanan, tak ada satu yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Salah satu bisa lebih pandai, kaya, cantik/tampan tetapi pada dasarnya semua setara.
Kedua bahwa dalam pertemanan didasarkan pada satu tujuan dan cara yang tidak jauh berbeda (misalnya kesuksesan berprestasi dengan rajin belajar) sehingga satu sama lain dapat saling mendukung. Jika tujuan yang dimiliki berbeda (misalnya yang satu ingin sukses berprestasi dengan belajar tetapi yang lain hanya ingin bersenang-senang kemudian mencontek untuk mencapai tujuannya). Situasi yang terakhir dipaparkan tentu takan memberi keuntungan pada pihak yang pertama, sebab dia akan diperas dan bisa saja terpengaruh (mungkin dengan ditanyai saat ulangan dan sebagainya).
Menurut saya, kita sebaiknya menciptakan iklim pertemanan dimana kita bisa saling membangun satu sama lain dan tidak menggunakan teman kita sebagai sarana "pijakan".
Terlepas dari itu, pilihan kembali ke setiap orang. Bagaimana kita ingin berteman dan membangun pertemanan semuanya tergantung pada diri kita hanya saja kita harus mempertimbangkan kebaikan yang ada di dalam setiap wujud pertemanan kita.
Thats all, thank you for reading this..
No comments:
Post a Comment